proppeler

SHOLAWAT THOHA ZEIN

April 30, 2017 Add Comment

Teks Sholawat Thoha Zein

Teks Sholawat Thoha Zein


THOHA ZEIN

Ilal khabibikhudzuni

Iladzdziya i ‘iyuni

Ilalmukhtar khaitsul anwar

Wahunaka da’uni da’uni

Khudzuni fabu’di tholawazad

Umatti’ubashori wakadzal fu ad

Wa alqo hanaya wa alqo muna ya

Linnuril’ain lithohazain

Wahunaka da’uni da’uni

Daqoi qu ‘indal maqomilkhabib

Tuziluhumumal mukhibbil ka ib

Wa alqo hanaya wa alqo muna ya

Linnuril’ain lithohazain


Wahunaka da’uni da’uni

SHOLAWAT SEBAGAI PAGAR TUBUH

April 30, 2017 Add Comment
SHOLAWAT NABI 
UNTUK PAGAR TUBUH, PEKARANAGN DAN KELUARGA

Yaitu dengan mengamalkan sholawat Nurudzati.
Berikut teks bacaan sholawatnya:

اَللّــٰـهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَـارِكْ عَـلـٰى سَيِّدِنَـا مُحَمَّدٍ نُـوْرِ الــذَّاتِى وَالسِّرِّ السَّارِىْ فِى سَائِرِ اْلأَسـْمَآءِ وَالصِّفَاتِ وَعَـلـٰى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّ


Khasiat Sholawat Nurudzati yaitu :
Untuk pagar diri, pagar tubuh, pagar keluarga, pekarangan, sawah dan untuk keselamatan mutlak.

Tatacara Lakunya :


Puasa 3 hari, dimulai dari hari selasa. selama puasa dianjurkan membaca sholawat nurudzati sebanyak-banyaknya tanpa hitungan, Setelah berpuasa, Sholawat tersebut dibaca sebanyak 14 (empat belas) kali tiap sehari semalam

OBAT MUJARAB DARI KH. NAFI' ABDILLAH SALAM KAJEN PATI

April 25, 2017 Add Comment
OBAT MUJARAB DARI KH. NAFI' ABDILLAH SALAM KAJEN PATI

K.H Nafi. Abdillah Salam Kajen Pati
Entah berapa tahun yang lalu ketika sowan lebaran Idul Fitri, karena saking banyaknya tamu kami harus berdesak-desakan dari mulai masuk sampai ketika duduk. Lalu dengan rendah hati KH. Nafi' Abdillah berkata, "Kene.. kene.. unjel-unjelan lah yo malah anget." Beliau lalu tersenyum, membuat kami pun ikut tersenyum. "Ancen omahe cilik. Wes mugo-mugo wae sok neng kono diwehi omah sing jembar," (Pancen rumahnya kecil. Tapi mudah-mudahan besok di akhirat dianugerahi rumah yang luas), lanjut beliau. Serempak kami pun mengaminkannya.
Pesan KH. Nafi' Abdillah waktu itu, "Pesenne yo.... Ojo mikir perkoro sing durung digawe Gusti Allah. Contone kanggo bapak-bapak, ora usah mikir pengen dadi wong sugeh. Lah terus piye? Yo sing ono wae disyukuri ndisik." (Pesanku, jangan berpikir atas perkara yang belum ditakdirkan Allah Swt. Contohnya untuk kaum bapak, tidak usah berpikir ingin jadi orang kaya. Terus bagaimana? Syukuri saja dulu apa yang sudah ada).
"Kanggo sing enom-enom, ora usah mikir sok bojomu sopo. Sopo wae nek iku ora jodohmu, masiho mbok lamar sampek ping pitu likur yo tetep wae ora dadi jodohmu. Tapi nek iku pancen jodohmu, masiho mbok tolak sampek ping songo likur yo tetep wae dadi jodohmu." (Untuk para pemuda, tidak usah berpikir siapa jodohmu nanti. Siapapun itu kalau bukan jodohmu, meskipun dilamar sampai 27 kali, tetap saja tidak bisa jadi jodohmu. Tapi kalau itu memang jodohmu, meskipun ditolak sampai 29 kali, tetap saja jadi jodohmu).
Pesan KH. Nafi' Abdillah di lebaran berikutnya, "Pesenne bapak mbiyen (Mbah Dullah), nek pengen anakmu dadi wong nek sodaqoh opo wae, niati nyedekahi anakmu. Iki nek sing sodaqoh iku bapake ganjaran sodaqoh iku iso dadi 4 in 1. Loh sodaqoh iku yo ono sing 4 in 1 barang. Nomer siji bapake sing shodaqoh entuk ganjaran, wong tuwo lorone bapake lanang wedok yo entuk, terus anake sing dishodaqohi." (Pesan ayahku (Mbah Dullah), kalau ingin anakmu jadi orang maka saat sedekah apapun itu niati untuk menyedekahkan anakmu. Jika yang bersedekah adalah bapaknya, ganjaran yang didapat bisa jadi 4 in 1; yang bersedekah, dua orangtuanya, dan anaknya).
"Lah nek sing shodaqoh iku mau ibuke, iki ganjaran shodaqohe malah dadi 7 in 1. Ibuke sing shodaqoh, wong tuwo lorone ibuke, terus bojone sing luru nafkah nggo shodaqoh, wong tuwo lorone bojone, terus anake sing dishodaqohi." (Jika yang bersedekah adalah ibunya, ganjaran yang didapat bahkan 7 in 1; yang bersedekah, dua orangtuanya, suaminya yang memberi nafkah, dua orangtua suaminya, dan anaknya).
"Iku nek pengen anakmu dadi wong. Lah opo ono anak wong ora dadi wong? Ono. Lah iku nek nuju ono bocah lanang wedok ngumpet nek nggon sepi, terus sing lanang muni ngene, 'kene wae lho sing ora ono wong'. Lah berarti cah loro mau kan ora wong. Sing keno diarani wong iku yo sing gelem ngelakoni kewajibane, gelem ngaji. Iku sing diarani wong." (Itu kalau ingin anakmu jadi orang. Apa ada anak orang bukan orang? Ada. Contohnya ada laki-laki dan perempuan yang sembunyi di tempat sepi, si laki-laki berkata 'sini saja yang tidak ada orang'. Berarti keduanya kan bukan orang. Yang bisa disebut orang itu ya yang mau menjalani kewajibannya, dan mau mengaji).
Pesan KH. Nafi' Abdillah di lebaran kemarin (terakhir), "Nek awakmu lagi mangan, nek tengah-tengahe mangan ojo ngumbe. Lan sak bare mangan, ojo ngumbe ndisek ngenteni 30 menit; iku obat segala penyakit. Mbiyen awakku tau keno gula. Tak gowo neng dokter, disaranke kon diet. Ora betah terus aku sowan neng Habib Luthfi. Karo Habib Luthfi diijazahi iku mau, nek bar mangan ojo ngumbe ndisek ngenteni 30 menit, iku obat segala penyakit." (Kalau kamu makan, di tengah-tengah makan jangan minum. Dan sesudah makan jangan minum dulu sampai 30 menit. Itu obat segala penyakit. Dulu saya pernah mengidap penyakit gula darah. Periksa ke dokter disarankan diet. Tapi tidak betah. Kemudian saya sowan ke Habib Luthfi, diijazahi seperti di atas jangan minum sesudah makan sampai 30 menit).
"Terus tak takokno karo santri kene sing dadi dokter, opo tenan iku obat segala penyakit? Jawabe ooh njeh leres Yai. Lah kok ora mbok kandakno wong-wong? Lah mangkeh nek do ngertos lak geh mboten wonten tiyang sing sakit tho Yai. Lahhh..." (Lalu saya tanyakan kepada santri di sini yang jadi dokter, apa benar itu obat segala penyakit? Dijawab betul. Kenapa tidak dituturkan ke orang-orang? Jawabnya kalau pada tahu nanti kan tidak ada orang yang sakit).
 
Ket. foto: Almaghfurlah KH. Nafi' Abdillah saat sowan kepada Habib Luthfi bin Yahya).

SHOLAWAT MUKAFAAH

April 25, 2017 Add Comment
SHOLAWAT MUKAFAAH

Ada sebuah kisah menarik yang perlu kita cermati dari Sayidatina ‘Aisyah RA, beliau berkata “Pada suatu malam, disaat waktu sahur saya menjahit sebuah pakaian, namun ketika itu lampu kamarku mati, maka jatuhlah jarum tusukku. Kemudian datanglah Rasulullah dan teranglah seluruh ruangan kamarku dengan cahaya di wajahnya. Dan akupun dapat menemukan jarum
tusukku yang terjatuh tadi. Kemudian aku bertanya kepada baginda Nabi “Ya Rasulalloh! Apa yang membuat wajahmu dapat bercahaya?” Rasulpun menjawab. “Hai ‘Aisyah, celakalah bagi orang yang tidak dapat melihat wajahku di hari kiamat nanti.” Kemudian aku bertanya lagi “Siapakah orang yang tidak dapat melihat wajahmu wahai Rasul Alloh?” kemudian Rasululloh menjawab “Mereka adalah orang-orang yang bakhil”. Aku pun menimpali. “Siapakah yang dimaksud dengan orang-orang yang bakhil itu Ya Rasul?” Rasulullah menjawab “Yaitu orang-orang yang apabila disebut namaku di hadapannya, mereka tidak membalasnya dengan membaca sholawat kepadaku””  

Berikut contoh bacaan sholawat atas nabi Muhammad yang apabila dibaca setiap hari akan dianggap sebagai pecinta nabi yang sejati. Sholawat ini dikenal dengan sebutan Mukafa'ah yang artinya limpahan "pahala”.

اَللّٰــهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَــيِّــدِنَا مُحَـــمَّدٍ وَعَلٰى أٰلِهِ سَــيِّـدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً دَائِمَةً مَقْــبُوْلَةً تُــؤَدِّىْ بِــهَا عَــنَّا حَقَّهُ الْعَظِـيْمِ

Allohumma sholli ‘ala sayidina Muhammadin wa ‘ala alihi sayidina Muhammad, Sholatan maqbulatan tu,addi biha ‘anna haqqohul ‘adzim

Artinya :
Ya Alloh, limpahkanlah rahmat atas penghulu kita nabi Muhammad saw, dan atas keluarganya pula, dengan rahmat yang tetap langgeng dan diterima, yang dengan sholawat tersebut Engkau menyampaikan dari kami kepada Nabi Muhammad saw yang agung


Barang siapa membaca sholawat mukafaah iis sebanyak-banyaknya, maka ia telah menunjukkan kecintaannya kepada Rasulullah . Dan barang siapa yang cinta kepada Nabi Muhammad jelas ia akan mendapat syafaatnya kelak di hari kiamat, dan akan dianggap sebagai orang yang lebih mulia di sisi nabi Muhammad    

SHOLAWAT MASYISYIYAH SYAIKH ABDUSSALAM AL-MASYISYI GURU SYAIKH ABU HASAN ASYADZALI

April 24, 2017 Add Comment
SHOLAWAT MASYISYIYAH
KARYA SYAIKH ABDUS SALAM AL-MASYISYI

Nama lengkap dan nasab beliau adalah Syeikh Ibnu Masyisy Abdussalam bin Masyisy bin Malik bin Ali bin Harmalah bin Salam bin Mizwar bin Haidarah bin Muhammad bin Idris al-Akbar bin Abdullah al-Kamil bin al-Hasan al-Mutsanna bin al-Hasan as-Sabth bin Ali bin Abi Thalib suami Fatimah az-Zahra putri Rasulullah saw. Syeikh Ibnu Masyisy lahir pada tahun 559 H /1198 M.



اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مَنْ مِنْهُ انْشَقَّتِ اْلاَسْرَارُ, وَانْفَلَقَتِ اْلاَنْوَارُ  ,وَفِيْهِ ارْتَقَتِ الْحَقَائِقُ وَتَنَزَلَتْ عُلُومُ سَيِّدِنَا اٰدَمَ عَلَيْهِ السّلاَمُ فَاَعْجَزَالْخَلاَئِقُ, وَلَهُ تَضَاءَلَتِ الْفُهُومُ فَلَمْ يُدْرِكْهُ مِنَّا سَابِقٌ وَلاَ لاَحِقٌ, فَرِيَاضُ الْمَلَكُوْتِ بِزَهْرِ جَمَالِهِ مُوْنِقَةٌ, وَحِيَاضُ الْجَبَرُوْتِ بِفَيْضِ اَنْوَارِهِ مُتَدَفِّقَةٌ,  وَلاَ شَيْئَ اِلاَّهُوَ مَنُوْط اِذْ لَوْلاَ الْوَاسِطَةٌ لَذَهَبَ كَمَا قِيْلَ الْمَوْسُوْط صَلاَةً تَلِيْقُ بِكَ مِنْكَ اِلَيْهِ كَمَا هُوَ اَهْلُهُ اَللَّهُمَّ اِنَّهُ سِرُّكَ الْجَامِعُ الدَّالُّ عَلَيْكَ وَحِجَابُكَ اْلاَعْظَمُ اْلقَائِمُ لَكَ بَيْنَ يَدَيْكَ اَللَّهُمَّ أَلْحِقْنِى بِنَسَبِهِ وَحَقِّقْنِىْ بِحَسَبِهِ وَعَرِّفْنِىْ اِيَّاهُ مَعْرِفَةً اَسْلَمُ بِهَا مِن مَوَارِدِ الْجَهْلِ وَاَكْرَعُ بِهَا مِنْ مَوَارِدِ الْفَضْلِ وَاحْمِلْنِىْ عَلَى سَبِيْلِهِ إِلَى حَضْرَتِكَ حَمْلاً مَحْفُوْفًا بِنُصْرَتِكَ وَقْذِفْ بِىْ عَلَى الْبَاطِلِ فَأَدْمَغَهُ وَزُجَّ بِىْ فِيْ بِحَارِ اْلاَحَدِيَّةِ وَنْشُلْنِيْ مِنْ اَوْحَالِ التَّوْحِيْدِ وَأَغْرِقْنِيْ فِيْ عَيْنِ بَحْرِ الْوَحْدَةِ حَتَّى لاَأَرَى وَلاَ اَسْمَعَ وَلاَ اَجِدَ وَلاَ اُحِسَّ اِلاَّ بِهَا وَاجْعَلْ حِجَابَ اْلاَعْظَمَ حَيَاةَ رُوْحِىْ وَرُوْحَهُ سِرَّ حَقِيْقَتِىْ وَحَقِيْقَتَهُ جَامِعَ عَوَالِمِيْ بِتَحْقِيْقِ الْحَقِّ اْلاَوَّلِ ,يَااَوَّلُ يَاآخِرُ يَاظَاهِرُ يَا باَطِنُ اِسْمَعْ نِدَائِى بِمَا سَمِعْتَ بِهِ نِدَاءَ عَبْدِكَ زَكَرِيَّا عَلَيْهِ السّلاَمُ وَانْصُرْنِيْ بِكَ لَكَ وَاَيِّدْنِيِ بِكَ لَكَ وَاجْمَعْ بَيْنِىْ وَبَيْنَكَ وَحُلْ بَيْنِىْ وَبَيْنَ غَيْرِكَ الله الله الله إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآَنَ لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ )رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَداً3 (إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ وَتَحِيَّاتُهُ وَرَحْمَاتُهُ وَبرَكَاتُهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ النَّبِىِّ الأُمِّىِّ وَعَلَى آلِه وَصَحْبِهِ عَدَدَ الشَّفْعِ وَالْوَتْرِ وَعَدَدَ كَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ الْمُبَارَكَاتِ سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.


Allahumma shalli ‘alaa man minhun syaqqatil asraar Wan falaqatil anwaar wa fiihir taqatil haqaaiq Wa tanazallat ‘uluumu sayyidinaa aadama ‘alayhis salaamu fa a’jazal khalaaiq Wa lahu tadhaa alatil fuhuumu falam yudrik-hu minnaa saabiqu wa laa laahiq Fari yaa dhul malakuuti bizahri jamaalihi muuniqah wa hiyaadhul jabaruuti bifaydhi anwaarihi mutadafiqah Wa laa syay-a illa wa huwa bihi manuuth Idz lawla waa sithatu ladza haba kamaa qiilal mawsuuth Shalaatan taliiqu bika minka ilayhi kamaa huwa ahluh, Allahumma inaahu sirrukal jaami’ud dallu ‘alayk Wa hijaabuka a’zhamu’l qaa-imulaka bayna yadayk Allahumma alhiqnii binasabih wa haqqiqnii bi hasabih Wa ‘arrifnii iyyahu ma’rifatan aslamu bihaa min mawaaridil jahl Wa akra’u bihaa min mawaaridil fadhl Wahmilnii ‘alaa sabiilihi ilaa hadhratik Hamlan mahfuufan binushratika waqdzif bii ‘alal baathili fa-admighah wa zujjabii fii bihaari’ ahadiyyah wansyulnii min awhaalit-tawhiid wa aghriqnii fii ‘ayni bahril wahdah hatta laa araa wa laa asma’a wa laa ajida wa laa uhissa ilaa bihaa waj’allahummal hijaaba a’zhama hayaata ruuhii wa ruuhahu sirra haqiiqatii wa haqiiqatahu jaami’a ‘awaalimi bitahqiiqil haqqi awwal yaa awwalu yaa aakhiru yaa zhaahiru yaa baathin isma’ nida-ii bimaa sami’ta bihi nidaa-a ‘abdika sayyidinaa Zakariyya ‘alayhis salaam wan shurnii bika laka wa ayyidnii bika laka wajma’ baynii wa baynakwa hul bayni wabayna ghayrika Allah Allah Allah Innal-ladzii faradha ‘alaykal qur’aan laradduka ilaa ma’aad Rabbanaa aatinaa min ladunka rahmah Wa hayyi’lanaa min amrinaa rasyadaa (3 kali) Innallaaha wa malaaikatahu yushalluna ‘alan-nabiyy Yaa ayyuhal ladziina amanuu shallu ‘alayhi wa sallimuu tasliima Wa shallallaahu ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam Subhaana rabbika rabbil ‘izzati ‘ammaa yashifuun wa salaamu ‘alal mursaliin wal hamdulillaahi rabbil ‘aalamiin


KHULAFAUR RASYIDIN

April 24, 2017 Add Comment
 PENGERTIAN KHULAFAUR ROSYIDIN

Matri SKI Kelas 5 MI

     Kata Khulafaur Rosyidin berasal dari kata Khulafa’ dan Rosyidin (خلفاءالراشدين). Kata Khulafa’ merupakan jama’ ari kata Kholifah yang artinya “pemimpin”. Sedangkan Rosyidin berasal dari jama’ Rosyada yang artinya “petunjuk”. Jadi, gabungan dari kata Khulafaur Rosyidin mempunyai arti “Para pemimpin atau penguasa atau pemerintah atau kepala negara (Islam) yang selalu mendapat petunjuk Alloh ”.

    
    Kanjeng nabi Muhammad adalah sosok seorang pemimpin yang memiliki sifat tabiat paling terpuji sehingga belaiu dinaubatkan sebagai suri tauladan yang baik bagi seluruh umatnya. Sifat-sifat kanjeng nabi yang begitu agung dan anggun tercermin kepada para sahabat dekatnya. Sepeninggalan nabi Muhammad  para sahabat yang terpilih yang menjadi pemimpin atau pengganti Rasulullah dan memimpin kaum muslimin serta penggerak bagi ajaran agama islam selanjutnya.

        Setelah kanjeng Nabi Muhammad wafat, kepemimpinan umat islam dipegang oleh para Khulafaur Rasyidin. Mereka adalah para sahabat Nabi Muhammad yang terpercaya serta mempunyai jasa besar dalam perjuangan dan penyebaran agama  Islam.
       
TUGAS KHULAFAUR ROSYIDIN

          Khulafaur Rasyidin terdiri dari para sahabat Nabi Muhammad yaitu Abu Bakar, Umar bin Khatab, Utsmanbin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Hanya mereka berempatlah yang mendapat julukan Khulafaur Rasyisin yang terpercaya, Khalifah besar dan penerus teladan umat.

          Setelah Nabi Muhammad wafat, Khulafaur Rasyidin menjadi contoh dan panutan utama dalam menghayati dan menjalankan pemerintahan islami. Mereka melaksanakan prinsip-prinsip pemerintahan islam serta membimbing umat dengan cinta dan kasih dengan baik. Masa pemerintahan mereka merupakan contoh bagi setiap pemimpin atau penguasa negara yang menginginkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Pada masa ini (masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin), peradaban islam mencapai puncaknya. Peradaban ini berakar pada akidah islamiyah yang mana akidah tersebut dapat membawa kebahagiaan bagi umat islam khususnya dan umat manusia umumnya. Oleh karena itu, Khulafaur Rasyidin merupakan Khalifah atau pemimpin sejati setelah nabi Muhammad . Mereka mendapat kedudukan yang khusus di kalangan umat islam.


Gambar ilustrasi

TUGAS KHULAFAUR RASYIDIN

          Semasa hidupnya, kanjeng Nabi Muhammad memiliki tugas utama, yaitu sebagai pemimpin negara, pemimpin agama, dan pembawa risalah islam. Sebagai Nabi san Rasul kanjeng Nabi Muhammad juga sebagai pemimpin negara, yang memimpin umat muslim dan non muslim serta menjaga kemaslahatan mereka. Beliau juga selalu menjaga kehidupan seluruh warga negaranya dengan baik, biak dari golongan yahudi, Nasrani maupun Muslim.

          Sebagai pemimpin agama, nabi Muhammad memimpin umat islam dalam mempertahankan kemurnian ajaran agama islam di berbagai aspek kehidupan. Beliau memberi pencerahan dan pemecahan masalah terhadap segala bidang persoalan yang sedang dihadapi oleh umatnya. Beliau juga menjadi imam dalam setiap shalat. Dalam menghadapi segala persoalan tersebut, Kanjeng Nabi Muhammad selalu didampingi wahyu Alloh. Oleh karena itu, beliau juga memiliki tugas sebagai pembawa risalah islam. Nabi Muhammad wajib menyampaikan risalah tersebut sebagai petunjuk bagi seluruh umat. Karena beliau adalah Rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam)    

          Sebagai pengganti dan penerus perjuangan nabi, para Khulafaur Rasyidin tentu saja menjadi pengganti dan penerus perjuangannya dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut. Bedanya, Khulafaur rasyidin tidak mendapat wahyu (karena bukan nabi) namun terkadang mereka mendapat karomah (kemuliaan sebagai waliyulloh). Dengan demikian, Khulafaur Rasyidin meneruskan tugas nabi sebagai pembawa risalah islam.
   
CARA PENGANGKATAN KHULAFAUR ROSYIDIN

          Nabi Muhammad tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikannya. Beliau menyerahlan masalah itu kepada kaum muslimin. Hal itu juga tidak diterangkan secara jelas dalam Al-Qur’an. Setelah meninggalnya Nabi Muhammad kaum anshar dan kaum muhajirin mengadakan musyawarah di saqifah bani sa’idah (balai pertemuan di kota Madinah). Dalam pertemuan itu, mereka sepakat memilih Abu bakar As-Shidiq sebagai khalifah pengganti Rasulillah

          Pada maa selanjutnya, Umar bin Khattab dicalonkan oleh Abu bakar As-Shiddiq sebagai penggantinya. Walupun demikian, Abu Bakar As-Shiddiq juga melakukan musyawarah dengan beberapa tokoh dan sahabat utama. Ssetelah mereka bersepakat, hasil musyawarah itu diumumkan kepada umat islam di masjid Nabawi Madinah. Kesepakatan tersebut juga ditulis oleh Utsman bin Affan. Setelah Abu Bakar As-Shiddiq wafat, sahabat Umar Bin Khattab dibaiat oleh kaum muslimin di masjid Nabawi sebagai khalifah selanjutnya.

          Setelah Umar bin Khattab wafat, kursi kekhalifahan dipegang oleh sahabat Utsman bin Affan oleh Dewan Syura atau formatur yang dibentuk oleh Umar bin Khattab saat beliau sakit. Dewan syura terse but beranggotakan enam sahabat utama, yaitu Ali bin Abi Thalib KW, Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah. Mereka bertugas memilih salah satu diantara mereka. Para sahabat menginginkan Umar  bin Khattab untuk menunjuk langsung penggantinya. Bahkan, ada yang menyarankan untuk menujuk puteranya Abdullah bin Umar. Ketika itu, Umar berkata “Demi Allah! Aku tidak suka dengan cara ini, sekalipun yang diusulkan itu baik. Cukuplah seorang dari keluarga Umar yang mendapat kehormatan sebagai khalifah”. Ia juga mengatakan “Ingatlah! Jika aku menunjuk seseorang untuk menjadi pengganti, sungguh cara demikian telah dilakukan oleh orang yang lebih biak dariku yakni Abu Bakar As-Shiddiq. Akan tetapi jika aku tidak menunjuk seseorang, cara demikian telah dicontohkan pula oleh orang yang lebih baik daripadaku yakni Rasulullah .

          Setelah Utsman bin Affan, khalifah dijabat oleh Ali bin Abi Thalib. Beliau dipilih oleh penduduk Madinah setelah wafatnya Khalifah Umar bin Affan.

Gelar “Khalifah” pertama kali digunakan Abu Bakar As-Shiddiq, ketika ada sahabat yang menyebutnya khalifah. Beliau menolaknya dan mengatakan “saya bukan khalifah, tetapi Khalifah Rasulullah ” karena itu beliau menyebutnya Khalifatu Khalifatir Rasulillah . Sedangkan Khalifah Umar mendapat gelar Amirul Mukminin (pemimpin orang-orang yang beriman).


Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib juga digelari Khalifatur Rasyidin. Dengan gelar ini, wewenang dan tugas Nabi Muhammad dilaksanakan sebagai pemimpin negara dan pemimpin agama. 

Istiqamah

April 24, 2017 Add Comment
Istiqamah

Dalam situasi apapun, ketenangan akan selalu hadir di dalam diri orang yang istiqamah terhadap Allah Swt. Bahkan di dalam situasi yang bagi orang lain sangat sulit sekalipun. Hal ini adalah sebagai buah dari sikap istiqamahnya dalam keyakinan bahwasanya Allah Swt adalah Dzat yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Ketenangan adalah keadaan diri yang hanya bisa diberikan oleh Allah Swt kepada hamba-Nya. Ketenangan tidak bisa dibeli. Ketenangan tidak pula bisa dipinta dari manusia. Bahkan, ketenangan juga tidak akan pernah bisa diperoleh dengan cara direbut atau dirampok dari orang lain. Ketenangan itu hanya milik Allah Swt dan hanya Dia yang kuasa memberikannya kepada siapa saja di antara hamba-hamba-Nya yang dikehendaki oleh-Nya.
Di dalam Al Quran Allah Swt berfirman,


“Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. Supaya Dia memasukkan orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dan supaya Dia menutupi kesalahan-kesalahan mereka. dan yang demikian itu adalah keberuntungan yang besar di sisi Allah.” (QS. Al Fath [48]: 4-5).
Ketenangan akan didapatkan oleh orang-orang yang senantiasa mendekatkan diri kepada Allah Swt dan beristiqamah di dalam keimanan terhadap-Nya. Ketenangan seperti ini bisa kita dapati di dalam diri para utusan Allah Swt, para sahabat Nabi Saw serta para ulama yang benar-benar jernih hatinya. Ketenangan mereka ini bisa dirasakan oleh kita. Mereka adalah para kekasih Allah. Hamba-hamba-Nya yang tidak memiliki rasa takut, resah dan gelisah terhadap urusan-urusan dunia.
Di dalam ayat yang lain Allah Swt berfirman,
 “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan Kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqamah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al Ahqâf [46]: 13-14).
Orang-orang yang istiqamah tidak akan berduka lara menyikapi kehidupan dunia yang seringkali berjalan tidak sesuai dengan keinginan. Bahkan, juga tidak jarang yang terjadi adalah hal-hal yang mengundang kesedihan. Orang-orang yang beristiqamah akan bisa menjalani semua dengan kebesaran jiwa dan hati yang lapang. Karena mereka yakin bahwa Allah Swt yang menghendaki segalanya dan mereka pun yakin bahwa hanya dengan tetap kokoh berpegang kepada-Nya, mereka akan mampu bahagia hidup di dunia sebelum meraih kebahagiaan di akhirat.
Suatu ketika Rasulullah Saw pernah ditanya oleh salah seorang sahabatnya yaitu Abu Amr Sufyan bin `Abdullah Ats Tsaqafi RA, “Wahai Rasulullah, ajarkan kepadaku tentang agama Islam dengan satu ucapan sederhana yang bisa mencakup keseluruhan sehingga aku tidak perlu bertanya lagi kepada engkau sesudah ini.” Kemudian, Rasulullah Saw menjawab, “Katakanlah, “Aku beriman kepada Allah, lalu beristiqamahlah.”(HR. Muslim).
Keimanan dan keistiqamahan adalah dua kata kunci penting. Ketika seseorang telah menyatakan dirinya beriman kepada Allah Swt, yakin kepada-Nya, kemudian ia beristiqamah di dalam keimanan, pendiriannya, amal shalehnya, keikhlasannya, maka ia akan dapatkan kebahagiaan yang ia cari. Istiqamah dalam keikhlasan beribadah. Dunia dan seisinya ini tidaklah berarti apa-apa. Ketika seseorang telah mendapatkan dua  kata kunci tadi di dalam dirinya, maka ia bisa mencapai derajat kekasih Allah Swt.
Keuntungan orang yang bersikap istiqamah terhadap Allah Swt adalah hati dan jiwanya akan diliputi ketenangan. Mengapa terjadi demikian? Karena Allah Swt menyukai perbuatan baik yang dilakukan secara konsisten, terus-menerus, kontinu, meskipun amal kebaikan itu hanya kecil atau sedikit saja.
Rasulullah Saw bersabda, “Beramallah dengan benar dan sungguh-sungguh, ketahuilah bahwa sesungguhnya seorang dari kalian tidak akan masuk surga karena amalannya. Mereka bertanya, “Dan apakah engkau juga wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “(Ya) Demikian juga aku, kecuali Allah memberikanku rahmat-Nya. Dan ketahuilah bahwa amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang kontinu (berkesinambungan) walaupun itu sedikit.” (HR. Muslim)
Mengapa amal kebaikan yang sedikit tapi dilakukan secara terus-menerus atau berkesinambungan itu lebih disukai? Karena ketika satu amal kebaikan dilakukan secara kontinu, maka itu artinya si pelaku itu berdzikir secara berkesinambungan pula. Itu artinya ia pun melakukan upaya pendekatan kepada Allah Swt secara terus-menerus pula.
Contohnya adalah ada seseorang yang senantiasa membiasakan dirinya membaca sepuluh ayat Al Quran setiap kali ia selesai menunaikan shalat. Meskipun ayat-ayat Al Quran yang ia baca itu tidaklah banyak, akan tetapi bisa menjadi indikasi  betapa kuat usahanya untuk tetap konsisten dalam mengingat Allah Swt.
Setiap orang yang keluar dari masjid kemudian ia bersedekah meskipun dengan jumlah yang relatif kecil, jika ia menjadikan amalannya itu sebagai hal yang rutin, maka itu lebih baik. Karena dengan begitu ia terus-menerus berdzikir sejak di dalam masjid hingga saat keluar masjid.
Demikian juga dengan orang yang membiasakan diri senantiasa berdoa setiap kali bangun tidur. Mungkin di sepanjang hari ia tidak bisa melakukan amal-amal yang besar-besar, atau tidak bisa selalu bersedekah, namun ia disukai oleh Allah Swt karena ia istiqamah dalam melakukan dzikir setiap kali ia bangun dari tidurnya.
Oleh karena itulah mengapa orang yang beristiqamah senantiasa merasa tenang karena hatinya erat terus dengan Allah Swt. Sikap istiqamah adalah hal yang wajib dilakukan oleh manusia terhadap Allah Swt. Bagaimana mungkin pengabdian terhadap-Nya dilakukan secara sekali-sekali saja.
Dalam salah satu hadits qudsi, Allah Swt berfirman, “Dan tiadalah hamba-Ku mendekati-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai selain apa yang Aku wajibkan atasnya, dan hamba-Ku senantiasa mendekati-Ku dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya, dan jika Aku mencintainya, maka Akulah pendengaran yang selalu ia pakai untuk mendengar, penglihatan yang selalu ia gunakan untuk melihat, tangan yang ia gunakan untuk menggerakan segala sesuatu, kaki yang dia pakai berjalan, dan apabila ia memohon kepada-Ku, Aku berikan. Dan apabila ia memohon perlindungan kepada-Ku, maka Aku melindunginya” (HR. Bukhari). Jadi berkahnya orang yang beristiqamah itu adalah dicintai oleh Allah Swt. Ia juga dijaga oleh malaikat. Ketika pada suatu waktu seseorang tidak bisa melakukan amal kebaikan yang sudah biasa ia lakukan secara konsisten, maka sesungguhnya ia tetap mendapatkan pahala dari amal kebaikan yang biasa ia lakukan itu.  Misalnya adalah ketika seseorang membiasakan diri untuk selalu shalat Subuh secara berjamaah di masjid. Pada suatu ketika ia jatuh sakit sehingga ia tidak bisa melakukan shalat Subuh berjamaah di masjid sebagaimana biasanya yang selalu ia lakukan. Maka, sebenarnya ia tetap mendapatkan pahala.  Contoh lain, seseorang terbiasa menunaikan shalat Tahajud setiap malam. Pada satu ketika, ternyata ia tertidur sangat pulas disebabkan kelelahan setelah bekerja. Maka, ia tetap mendapatkan pahalanya.  Salah satu kebaikan dari sikap istiqamah adalah membuat pelakunya senantiasa ingat pada amal kebaikan yang selalu dilakukannya itu. Meskipun di dalam benaknya berjejalan juga ingatan-ingatan terhadap urusan lainnya. Akan tetapi amal kebaikan tersebut selalu ada dalam ingatannya, terselip di antara berbagai urusan lainnya.  Contohnya adalah orang yang selalu membiasakan diri menunaikan shalat Tahajud. Pola yang ada di dalam benaknya adalah: Tahajud, jaket, sepatu, peci, cucian, Tahajud, buku, sandal, kacamata, saputangan, Tahajud, utang, belanjaan, kunci rumah, Tahajud. Coba perhatikan pola tersebut, manakah hal yang lebih banyak ada di dalam ingatan?  Demikianlah apabila seseorang beristiqamah dalam menunaikan suatu amalan ibadah tertentu. Persis seperti kala kita sering melewati suatu jalan atau gang, kita akan menelusurinya dengan sangat mudah tanpa harus fokus mengingat-ngingat rutenya. Meskipun di jalan atau gang itu terdapat banyak perubahan ornamen atau aksesori.
Allah Swt berfirman,
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan Kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan (istiqamah) pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (QS. Fushilat [41]: 30).
Di dalam ayat tersebut di atas, Allah Swt menjelaskan bahwa Dia akan menurunkan malaikat-malaikat-Nya kepada orang-orang yang mau bersikap istiqamah dalam pendirian mereka untuk beriman kepada Allah Swt. Tidak hanya itu, orang-orang yang beristiqamah terhadap-Nya juga akan diberikan kekuatan hati sehingga terhindar dari rasa takut dan sedih. Orang-orang yang beristiqamah dalam keimanan kepada Allah Swt akan diliputi dengan kebahagiaan dan kegembiraan. Sebelum pada akhirnya akan dianugerahi tempat tinggal di dalam surga.
Sedangkan ulama tafsir terkemuka yaitu Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat di atas menceritakan orang yang istiqomah dan teguh di atas tauhid dan ketaatan, maka malaikat akan memberi kabar gembira kepadanya ketika maut menjemput. Malaikat maut akan berkata kepadanya, “Janganlah takut dan janganlah bersedih”.  Masih dalam kitabnya, Ibnu Katsir juga menjelaskan bahwa Mujahid, ‘Ikrimah, dan Zaid bin Aslam menafsirkan ayat tersebut, bahwa kepada orang-orang yang beristiqamah terhadap Allah Swt, malaikat akan berkata, “Janganlah takut pada akhirat yang akan kalian hadapi dan janganlah bersedih dengan dunia yang kalian tinggalkan yaitu anak, keluarga, harta dan tanggungan utang. Karena para malaikat nanti yang akan mengurusnya.” Begitu pula mereka diberi kabar gembira berupa surga yang dijanjikan. Orang yang beristiqamah akan mendapat berbagai macam kebaikan dan terlepas dari berbagai macam kejelekan.
Seorang pedagang yang istiqomah akan selalu berlaku jujur, baik itu dalam timbangannya ataupun juga dalam hal informasi kualitas barang yang didagangkannya. Dengan cara berdagang yang demikian, ia yakin akan mendapatkan keuntungan yang terus-menerus mengalir walaupun secara nominal mungkin tidak banyak keuntungan yang ia peroleh. Ia merasa tenang dan bahagia karena justru dengan kejujurannya di dalam berniaga, maka ia akan mendapat keuntungan yang jauh berlipat ganda yaitu keuntungan yang dilatarbelakangi ridha Allah Swt atas apa yang dilakukannya dalam perniagaan.
Demikian pula dengan orang akan berbelanja kepadanya, mereka akan tenang dalam berbelanja. Ketenangan mereka muncul karena rasa percaya atas kejujuran timbangannya. Bahkan dalam banyak kasus, justru kejujuran yang logikanya mendatangkan keuntungan yang kecil, justru memikat rasa simpati para pembeli untuk kemudian memberikan berbagai macam kebaikan kepadanya. Tanpa ada unsur pamrih, bagaimana pun juga kejujuran senantiasa berdampak kebaikan.
Demikian halnya dengan profesi lainnya. Keistiqamahan terhadap Allah Swt pada diri seseorang akan membuatnya menunaikan dengan penuh amanah setiap tugas yang diberikan kepadanya. Ia tidak akan melakukan kecurangan, manipulasi, atau korupsi. Seseorang yang beristiqamah terhadap Allah Swt, tidak akan pernah kendur semangatnya untuk tetap bekerja secara lurus di dalam jalur kebenaran dan ketaatan terhadap-Nya.
Keistiqamahan akan membuat seseorang mempraktekkan nilai-nilai ibadah di dalam setiap akfititas dan rutinitasnya. Sekalipun ia berada di dalam lingkungan yang penuh dengan tipu muslihat dan jebakan maksiat, ia tidak akan terjebak. Ia akan selalu bisa mawas diri untuk tidak sedikit pun mendekati apa yang syubhat apalagi yang diharamkan oleh Allah Swt terhadap dirinya.
Ditulis oleh: KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )
Beliau adalah pengasuh pondok pesantren Daarut Tauhiid Bandung – Jakarta.

Cak Nun, Pengayom Rakyat Tertindas

April 24, 2017 Add Comment
Cak Nun, Pengayom Rakyat Tertindas

Pada suatu pengajian Cak Nun di Demak, tiba-tiba ada seorang remaja naik ke atas panggung. Dengan sigap, panitia acara lantas mengusir remaja laki-laki gila tersebut, karena panitia dan masyarakat sekitar tahu bahwa remaja laki-laki tersebut memang terkenal gila betulan.
Di saat ribuan orang menganggapnya gila, hanya satu orang yang mau menyapa hatinya. Cak Nun memanggil remaja laki-laki gila tersebut untuk kembali ke atas panggung. Di saat ribuan orang menganggapnya seperti virus penyakit sehingga harus dijauhi, bahkan kalau perlu diludahi kalau nekat mendekat, Cak Nun langsung mendekap tubuh bocah kesepian tersebut.
Bocah tersebut pun sangat kaget, karena di dunia ini masih ada orang yang mau menyapa hatinya, bahkan memeluk tubuhnya. Tanpa ada rasa jijik sedikitpun. Tanpa ada rasa malu sedikitpun. Sosok berbaju putih tersebut justru memeluknya semakin mesra dan menatap ribuan jama’ah sambil tersenyum. Seolah Cak Nun ingin bilang pada masyarakat Demak, “Ini salah satu anakku.”
Remaja laki-laki itu memang bocah kesepian. Namanya Edy Setiawan. Sudah yatim-piatu, dianggap orang gila pula. Hidup sebatang kara di dunia ini. Tidak ada yang mau menjadi temannya. Mungkin kalau ia mendekati teman-teman sebayanya, ia akan dipukuli agar takut mendekat lagi. Mungkin kalau ia duduk-duduk di warung makan, ia akan langsung diberi krupuk dan diusir.
***
Seorang Muhammad Ai(nun) Nadjib memang manusia berlian. Hati beliau bening, mengkristal indah, dan bisa memancarkan cahaya kasih sayang. Meski luar biasa “mahal”, seorang Cak Nun tidak risih bercengkrama dengan rakyat jelata, bahkan mau memeluk orang gila.
Meski diakui kadar intelektualitasnya oleh profesor-profesor dari negara maju di Eropa Barat, Cak Nun mau mendidik orang-orang di perdesaan yang mungkin kebanyakan hanya tamatan wajib belajar 9 tahun. Bercengkrama semalam suntuk. Mendengarkan keluh kesah. Membesarkan hati. Selama 20 tahun keliling Indonesia tanpa henti. Sudah “jalan kaki” ke lebih dari 1.300 desa di 28 provinsi.
Cak Nun tidak mengenal gengsi seperti kebanyakan diri kita. Meski sering keliling dunia di empat benua, bertemu petinggi-petinggi negara dan pemuka agama taraf internasional, beliau mau berteman akrab dengan kuli-kuli gendong di pasar. Meski sahabat seorang raja (Sultan HB X), beliau tetap mau kumpul-kumpul cekakakan dengan para preman dan para tukang becak.
Meski sangat ditakuti Pak SBY yang konon mengaku seorang presiden, beliau mau menerima telepon dari seorang gelandangan. Beliau tidak risih, bahkan bergembira, mendengar “laporan” pemuda pengangguran 35 tahun yang berlagak intelijen tentang situasi demo di depan DPR.
Meski di-kiyai-kan oleh para kiyai, Cak Nun tetap mau mengadakan pengajian khusus untuk para pelacur di beberapa tempat. Tidak pernah memvonis masuk neraka, tapi untuk membesarkan hati. Para pembaca tulisan saya ini yang dari kalangan pesantren pasti akrab dengan dua adagium ini: Kalau tidak bisa mempebaiki, jangan menambah kerusakan. Menghindari mudharat lebih diutamakan daripada mengharapkan manfaat.
Kalau diri kita tidak bisa menolong para pelacur untuk keluar dari lembah hitam, diri kita jangan juga lantas memutus harapan para pelacur dari kasih sayang Allah. Ingin tampak lebih gagah dan lebih suci? Hanya orang yang tidak gagah dan tidak suci yang butuh pengakuan.
Jangankan membutuhkan pengakuan, bahkan beliau senang menutupi aneka kebesaran yang sudah melekat pada dirinya sendiri. Sekalipun keturunan Imam Zahid, tapi tidak mau dipanggil “gus”. Perlu para pembaca tahu, Imam Zahid itu sahabat Hadratusyeikh Hasyim Asy’ari, sama-sama santri kinasihnya Syaihkona Kholil Bangkalan. Tak heran pula Gus Dur sangat menyayangi Cak Nun, demikian pula sebaliknya.
***
Ketika seorang presiden “menasionalisasi” Lumpur Lapindo, bahkan menyebutnya sebagai bencana alam, akhirnya Cak Nun yang pasang badan untuk 11.800 keluarga korban. Cak Nun sendiri yang menelpon Ibu Rosmiyah Bakrie, meminta agar anaknya mau menyantuni puluhan ribu warga Sidoarjo, meski pengadilan telah menyatakan perusahaan anaknya tidak bersalah.
Ketika bentrokan antara perusahaan budidaya udang dengan petambak udang di Tulangbawang sudah memuncak, hingga menewaskan tiga orang dan membuat cukup banyak orang luka-luka, Cak Nun tampil menengahi kedua pihak. Beliau pun meminta diadakannya perubahan paradigma pemerintahan kabupaten Tulangbawang dan pembenahan pada tingkat elit perusahaan. Alhasil, selang beberapa waktu, kedua pihak tersebut tidak hanya rukun, tapi juga semakin sejahtera. Perusahaan budidaya udang semakin laba, para petambak udang semakin sejahtera.
Tentu masih banyak cerita heroik lainnya. Lalu, demi pamrih apakah Cak Nun tampil dimana-mana? Popularitas? Uang?
Jika Anda menganggap perjuangan seorang Muhammad Ainun Nadjib untuk materi dunia, pasti Anda ditertawakan Pak Harto. Sedikit cerita, sejengkel-jengkelnya Pak Harto pada kritikan pedas Cak Nun terkait jalannya Orde Baru, Pak Harto tidak bisa memenjarakan beliau. Pak Harto sangat tahu bahwa beliau tulus orangnya.
Satu-satunya orang yang berani “kurang ajar” pada Pak Harto hanya Cak Nun—semisal lingguh jigang atau berambut gondrong saat di istana—dan Pak Harto tidak bisa marah. Ketika Cak Nun bilang kepada Pak Harto untuk segera mandeg pandhito, Pak Harto hanya diam tersenyum dan mengangguk. Sebab Pak Harto tahu Cak Nun kalau ngomong sesuatu bukan untuk dirinya sendiri. Diiming-imingi saham perusahaan, Cak Nun menolak. Ditawari jabatan menteri pada 1980-an, Cak Nun juga menolak.
Semua perjuangan ikhlas demi rakyat. Orang bisa berbohong dan berhasil membohongi banyak orang, tapi tidak akan bisa bertahun-tahun. Level penipu ulung sekalipun. Sebab manusia digariskan tidak akan tahan menjadi bukan dirinya sendiri lama-lama. Ini rumusnya.
Seorang Muhammad Ainun Nadjib mampu mengayomi rakyat 20 tahun lamanya, tanpa pernah meminta upah seperser pun. Dari 20 tahun lalu hingga detik ini beliau tidak pernah berubah. Selalu mengayomi rakyat.
Ketika dulu masih muda, setelah shalat di mushola, beliau mendapat suatu ilham. Tanpa pikir panjang, beliau segera menelpon saudara-saudaranya di Jombang. Minta dicarikan empat orang yang sangat miskin tapi akhlaknya baik malam itu juga. Sebab besok paginya beliau akan mengirim uang ke Jombang, untuk ongkos naik haji keempat orang tersebut.
Tetap saja begitu hingga sekarang. Beliau tetap sering mengirimkan uang ke banyak orang miskin. Entah untuk ongkos naik haji, entah untuk modal usaha bikin warung kelontong, entah untuk beasiswa, dan sebagainya.
Apakah persediaan uang tersebut ada dengan jalan meminta? Atau mengajukan proposal? Tidak pernah sekalipun.
Dulu Cak Nun pernah akan diberi cek dengan nominal Rp. 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) oleh seorang pengusaha, tapi cek tersebut langsung disobek beliau. Sekadar info, menyobek cek itu aslinya tidak apa-apa, karena uangnya tetap utuh di dalam brangkas bank. ”Kalau ketemu saya lagi, mending ditraktir makan saja,” kata beliau sambil tersenyum.
Ciri-ciri pejuang sejati adalah mampu menghidupi perut dan idealisme dirinya sendiri. Ciri-ciri pejuang sejati adalah mampu menolong orang lain dengan hasil kerja keras dirinya sendiri.
***
Indonesia ibaratnya adalah sebuah kapal yang panjangnya 12,5 kilometer. Kapal raksasa ini mempunyai 39 rusuk. Ada sekitar 15 rusuk yang sudah retak, dan sungguh kapal ini tinggal menunggu waktu untuk tenggelam, kalau tidak diperbaiki. Apalagi empat dari lima ruangan utama kapal ini sudah hancur.
Mungkin tidak dalam waktu dekat. Tapi, yang jelas, suatu hari Indonesia akan mendatangi kesejatian, karena kepalsuan bersifat sementara dan kegelapan bersifat menghancurkan. Indonesia mau tidak mau akan mengikuti kesejatian, sebab hanya kesejatian yang memiliki perspektif masa depan cerah.
Tulisan ini sama sekali bukan untuk me-monumen-kan Muhammad Ainun Nadjib, karena haram hukumnya mabuk pada seseorang. Ketika saya menulis tentang Cak Nun, Gus Dur, Gus Mus, atau yang lainnya, harapan saya adalah untuk dijadikan uswatun hasanah.
Jika kita menjadikan “Cak Nun” sebagai kata kerja yang cair dan dinamis, bukannya sebagai kata benda yang padat dan statis, maka beliau akan bernasib sama dengan Bung Karno dan Gus Dur kelak. Tidak ada manusia yang hidup abadi, tapi dengan suatu mekanisme cinta, beliau akan bisa tetap selalu hidup...di hati kita.
Saya tidak berani berharap apa-apa pada Indonesia. Bangsa ini memang tidak butuh Nurcholish Madjid, Abdurrahman Wahid, maupun Muhammad Ainun Nadjib, karena ketiganya manusia yang agung.
Suatu hari, karena tidak kuat membayar ustadz yang muda, ganteng dan terkenal, akhirnya para TKW di Hong Kong meminta Cak Nun yang datang. Di luar dugaan, Cak Nun hanya mau dengan tiga syarat; (1) Tidak mau dibayar, (2) tidak perlu dijemput di bandara, dan (3) tidak mau tidur di hotel.
Akhirnya, Cak Nun terbang ke Hong Kong dengan kocek sendiri, menuju lokasi naik bus, dan istirahat malam di rumah inap biasa. Ketika ditanya para TKW Hong Kong kenapa sampai berbuat demikian, beliau menjawab, “Aku datang sebagai bapakmu.”
Muhammad Ainun Nadjib. Perpaduan antara kedahsyatan dengan kelembutan. Pengayom sebuah bangsa yang yatim.